Ketahanan Pangan: Ibu Kota Baru Ter-anak Tirikan

BOGOR,– sorottipikor.com l Kajian ketahanan pangan terus dilakukan oleh kalangan pergerakan Mahasiswa IPB, bersama para akademisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), terkhusus untuk wilayah Ibu Kota Baru Republik Indonesia. Pada tanggal 26 Agustus 2019 Presiden RI Joko Widodo, secara resmi menetapkan Provinsi Kalimantan Timur daerah Panajam Paser Utara, dan Kutai Kartanegara sebagai Ibu Kota Baru. Secara langsung kebutuhan distribusi pemenuhan pangan menjadi poros utama dalam tulisan ini, dengan dilihat dari segi proses distribusi, sosioekologi dan dampak keagrariannya.

“Hingga saat ini, konflik ketahanan pangan ibu kota baru masih dipertanyakan, apakah mampu Kalimantan Timur dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, Padahal jika dilihat dari faktor geologinya, Kalimantan Timur memiliki tanah gambut yang bersifat asam dan dapat berdampak kepada produktifitas hasil panen tanaman, terutama komoditas padi, Pernyataan tersebut patut untuk ditelusuri, hasil kajian yang dilakukan oleh Departemen Kajian Strategis BEM Fakultas Pertanian IPB menyatakan, “Pada tahun 2018 wilayah Kalimantan termasuk wilayah defisit beras tinggi karena tingkat konsumsi beras lebih tinggi dari pada produksi”, terangnya Ainun Fiki_Mahasiwa Pertanian IPB.

Melihat komposisi data yang ada, desain ibu kota baru diwacanakan dapat menampung 4,5 juta jiwa, artinya penduduk Kalimantan Timur akan mencapai 9.540.700 jiwa pada tahun 2025 dengan kebutuhan beras yang harus dicukupi mencapai 1.064.5513,3 ton pertahun (konsumsi per-kapita 111,58 kg), angka tersebut sangat jauh dari kemampuan produksi beras di Kalimantan Timur yang hanya mencapai 154.542,99 ton atau masih kurang 910.008,3 ton. Sehingga, untuk mencukupi kekurangan produksi sebesar 910.008,3 ton padi, maka harus memproduksi padi hingga 1.421.443,8 ton padi, target  luas lahan yang dibutuhkan pun mencapai 34.434,07  Ha, dari yang ada saat ini hanya 240.000 Ha. Sehingga, untuk mengejar angka produksi tersebut harus dilakukan cetak lahan sawah seluas 101.036 Ha.

“Ainun Fiki menambahkan, Persoalaan distribusi dan sosioekologi dapat dirincikan sebagaimana berikut, pertama menyebabkan proses dan situasi yang berubah di masyarakat terutama dalam konsumsi dan budaya yang ada. Kedua, model produksi pangan seperti apa, yang bisa di jadikan pusat produksi pangan. Ketiga, tata guna lahan, tidak hanya soal untuk apa, tapi juga untuk siapa. Terakhir, petani dan keluarganya, bisa lihat bagaimana nanti petani mempunyai kearifan lokal yang baik. Menurut Said Abdullah (Ketua KRKP IPB), “permasalahan distribusi berkaitan dengan pangan  bisa memiskinkan petani dan mengkayakan para korporat”. Sehingga yang patut digaris bawahi, keadilan dalam pengaturan distribusi pangan harus merakyat dan menguntungkan rakyat,” ungkapnya.

Persoalan yang kompleks juga menghantui pemindahan ibu kota kali ini, yaitu dari segi keadilan dan sosioekologi.  Dikutip dari Eko Cahyono (Peneliti dan Pegiat Anti Korupsi SDA) “terdapat tiga narasi yang melatar belakangi pemindahan ibu kota yaitu ketahanan, kemandirian dan kedaulatan. “Dari tiga yang point yang disebutkan tidak terlepas pada narasi sosioekologi yang menghubungkan manusia dengan alam, dan tidak bisa di pisahkan. Artinya saat ini, pembangunan di daerah-daerah menyebabkan hilangnya tradisi adat desa tersebut, Hal itu juga dapat dikatakan bahwa paradigma masyarakat saat ini masih developtimistis dan gerakan pembangunan hanya bersifat manipulatif. Sehingga perlakuan pemindahan ibu kota ini membuat tren koridor ekonomi kelas Indonesia itu masih underdevelopment country, dan belum keranah industry country.

“Ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan hidup matinya bangsa Indonesia, persoalan pemindahan ibu kota baru terkait distribusi dan ketersedian pangan, harus dilakukan dengan seadil-adilnya yang tidak merugikan ekonomi masyarakat ataupun menghilangkan budaya yang ada. Pemindahan ibu kota tidak segampang pidahan rumah atau tempat kos. Proses intensivikasi dan ekstensivikasi merupakan solusi alternatif.

Reporter : Wawan s
Editor. : Ark.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published.