PERMAHI Cabang Tangerang Adakan Dialog Publik Dengan Tema POLITICAL ETHICS.
Tangerang,– sorottipikor.com l Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang Tangerang (PERMAHI Tangerang) menyelenggarakan kegiatan Dialog Publik dengan tema ” Political Ethics: Politik Gagasan, Bukan Politik Kemasan” di Aula Kelurahan Cirendeu, Sabtu (14/03/2020).

Dalam kegiatan tersebut turut hadir narasumber Fahd Pahdepie, Dr. Rahmat Salam, M.Si, Suhendar S.H, M.H, Ir. Ruhamaben dan Tomi Patria, S.T, M.Si yang sebelumnya kegiatan tersebut dibuka dengan pengantar keynote Speaker dari Ketua Bawaslu Muhamad Acep dan Ketua KPU Bambang Dwitoro, S.E.
Kegiatan tersebut merupakan ajang menguji gagasan yang dibawakan para bakal calon Walikota Tangerang Selatan, kegiatan tersebut juga bagian dari wadah untuk meningkat kesadaran politik di masyarakat seperti yang diutarakan oleh ketua umum DPC PERMAHI Tangerang Sdri. Athari Farhani, S.H “Tujuan daripada kegiatan ini sebenarnya bagian dr upaya membangun kesadaran politik di masyarakat, agar masyarakat juga dalam melihat bacalon lebih mengedepankan kepada gagasan-gagasannya sehingga tidak mudah tertipu dengan kemasannya saja.”
Selain itu menurutnya bahwa masyarakat Tangsel merindukan arena panggung politik sebagai pengabdian sehingga yang dibangun daripada bacalon ini sebuah komunikasi yang sehat dan jujur, karena tanpa dikemaspun jika personal tersebut mampu membangun etika politik yang baik dengan mengedepankan gagasan maka akan terlihat kapasitas dan kapabilitasnya di masyarakat.

Athari juga menekankan bahwasanya permahi tangerang menyelenggarakan kegiatan ini murni sebagai bentuk memberikan kesadaran dimasyarakat, kami tidak memihak kesiapapun dan kemanapun, karena kami jelas sebagai kader profesi hukum yang memang tidak boleh berafiliasi dengan politik manapun. Kami juga lihat belum ada organisasi manapun menyelenggarakan kegiatan seperti ini,sehingga kami rasa kami perlu melakukanya. Karena yang terpentinh permahi tetap independent.
“Janganlah pilkada nanti hanya sekedar euforia saja namun miskin Makna, justru ajang demokrasi seperti ini harus perlu memberikan makna mendalam kepada masyarakat.” Tutupnya. (Madin).