Perkuat Komunikasi Dan Sinergi Kerja Lewat Kelas Bahasa IMIP
MOROWALI, -Sulteng-Sorottipikor//
Upaya menjembatani komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan Tiongkok di kawasan industri terus dilakukan melalui program kelas bahasa Indonesia dan Mandarin. Sejak dirintis pada 2022 lalu, program ini telah menjadi sarana penting dalam memperkuat kolaborasi lintas budaya di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah.
Kelas bahasa Mandarin mulai dilaksanakan pada Mei 2022, sedangkan kelas bahasa Indonesia dirintis sebulan lebih awal, April 2022. Program ini dikelola oleh Divisi Training Departemen HRD Tsingshan (salah satu tenant di Kawasan IMIP) dengan salah satu tujuannya memperlancar komunikasi, meningkatkan pemahaman antarbudaya, dan mendukung efisiensi operasional kerja karyawan.
Hingga September 2025, jumlah peserta kelas bahasa Mandarin (peserta dari tenaga kerja Indonesia) mencapai sekitar 1.500 karyawan, sedangkan peserta kelas bahasa Indonesia (peserta dari tenaga kerja Asing – Cina) sekitar 2.100 orang. Program pengajaran dilakukan secara tatap muka dua kali dalam seminggu. Masing-masing berdurasi empat jam, dengan masa belajar enam bulan untuk bahasa Mandarin dan tiga bulan untuk bahasa Indonesia per angkatannya (batch).
Setiap sesi pembelajaran dirancang aktif dan komunikatif. Para laoshi (guru) mengajarkan dasar pelafalan (pinyin), penulisan huruf Mandarin (hanzi), serta percakapan sehari-hari. Peserta juga didorong mempraktikkan bahasa di lingkungan kerja agar lebih terbiasa berinteraksi dengan rekan kerja asal Tiongkok.
“Semua murid di sini punya semangat belajar tinggi. Mereka mulai dari dasar, lalu mengasah kemampuan lewat praktik langsung di lapangan,” ungkap laoshi Julita, pengajar dari PT Zhao Hui Nickel (ZHN).
Salah satu peserta, Michen Christian Surentu (28), Wakil Foreman Safety di PT Qing Kota Metal Indonesia, mengaku kemampuan komunikasinya meningkat signifikan. “Dulu saya sering kesulitan menyampaikan pesan kepada supervisor yang berasal dari Tiongkok. Sekarang, setelah belajar, komunikasi jadi lebih lancar dan saya lebih percaya diri,” katanya.
Peserta lainnya, Wahid (32), Wakil Foreman di PT Tsingyao Elektrik Indonesia, menilai belajar bersama di kelas tatap muka membuatnya lebih fokus dan efisien. “Belajar secara langsung jauh lebih efektif daripada belajar sendiri. Saya juga terbantu dengan fasilitas buku, modul, dan dukungan dari pengajar,” ujarnya.
Potensi Naik Level dan Penghasilan Jauh Lebih Besar
Selain kelas rutin, program juga menggelar kegiatan penunjang seperti lomba cerdas cermat Mandarin, seminar bersama pembicara asal Tiongkok, dan latihan kaligrafi Cina (Chinese paper).
Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan rasa percaya diri, memperluas wawasan budaya, sekaligus mempererat hubungan antarpekerja. Setiap peserta program memiliki hak dan kewajiban sesuai kontrak belajar.
Bagi karyawan yang lulus ujian kemampuan bahasa Mandarin (Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì atau HSK), perusahaan memberikan tunjangan skill bahasa, serta tambahan fasilitas seperti tunjangan komunikasi, transportasi, dan perumahan.
Menurut Sainan Sani, Wakil Manajer Divisi Training Departemen HRD Tsingshan, pemberian tunjangan merupakan bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawan yang meningkatkan kompetensi komunikasinya.
“Semakin tinggi level kemampuan bahasa, semakin besar pula nilai kompensasi yang diterima. Ini penting karena meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi komunikasi,” ujarnya.
Sejak 2023, Tsingshan Group juga telah mengirim sekitar 300 karyawan Indonesia untuk mendalami bahasa Mandarin di universitas di Tiongkok, seperti Universitas Wenzhou di Provinsi Zhejiang dan Universitas Sains dan Teknologi Beijing. Mereka menjalani pelatihan tingkat lanjut, dan setelah kembali, diwajibkan mengabdi minimal tujuh tahun di perusahaan.
Sejak awal menanamkan investasinya di IMIP, manajemen Tsingshan telah mewajibkan setiap TKA asal Cina mempelajari bahasa Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat komunikasi dua arah dan menciptakan suasana kerja lebih inklusif.
Adapun pembelajaran Bahasa Indonesia ini akan lebih disesuaikan dengan dengan mengacu program bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang dijalankan oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Ke depan, kami akan memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia bagi TKA agar hasilnya lebih efektif,” kata Sainan.
Di samping itu, dia menegaskan, pembelajaran bahasa Mandarin bagi karyawan Indonesia bukanlah kewajiban, melainkan kesempatan strategis untuk mengembangkan diri, memperluas peluang karier, membangun jembatan komunikasi yang lebih manusiawi dan produktif.
Melalui upaya pengembangan itu, Tsingshan Group berharap program bahasa di kawasan IMIP menjadi rujukan penerapan pelatihan lintas budaya yang berkelanjutan, dapat memperkuat sinergi tenaga kerja, dan mendukung terciptanya lingkungan kerja yang harmonis dan profesional.(*)