Muncul Dugaan Kecurangan Peserta Muktamar IMM di Kendari Tolak Pilihan Secara Elektronik.

Sulsel,– sorottipikor.com l
Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke XIX di Kendari Sulawesi Tenggara yang sedang berlangsung diwarnai dengan dinamika dan polemik bahkan sempat diwarnai kericuhan.

Sementara itu, calon kandidat Ketua Umum DPP IMM yang pada awalnya tiga orang kini mengkerucut menjadi dua calon karena salah satu calon mengundurkan diri dan memutuskan untuk berkoalisi.

Menurut Hafiz, salah satu kader IMM Jakarta yang sekarang sedang ada di arena Muktamar menganggap hal itu biasa dan sejak awal sudah memprediksi akan terjadi namun koalisi dengan cara mengundurkan diri dianggap sebagai sesuatu yang patut dipertanyakan.

“Tidak terlalu mengagetkan karena memang sudah bisa kebaca, dalam politik semua serba bisa dilakukan selama tidak merugikan orang lain cuma dalam hal ini memang harus jeli dan harus dipertanyakan ada apa gerangan?,” kata Hafiz dalam keterangannya, Jumat (22/10/2021).

Hafiz menilai perjalanan Muktamar dari awal sampai saat ini mengalami dinamika sangat sengit dimulai dari mundurnya Riyan Betra Delza sebagai calon yang dianggap sebagai sesuatu keganjalan dan munculnya desas desus ada agenda terselubung untuk memenangkan salah satu calon dengan cara curang yang sistematis.

“Bukan hanya soal perubahan peta politik malah yang muncul sekarang adalah dugaan akan melakukan segala cara untuk memenangkan salah satu calon dengan menggunakan sistem,” ungkapnya.

Atas dasar itu, kata Hafiz, wajar ketika memasuki sidang pemilihan Musyawirin Muktamar IMM kembali berdebat menolak sistem pemilihan e-voting.

Hafiz menjelaskan, pemilihan e-voting ini di anggap tidak transparan karena tidak ada kotak audit untuk memastikan keabsahan suara dan itu pernah terjadi di Muktamar IMM di Malang 2018 di mana selisih suara antara hasil total sama jumlah pemilih sangat jauh berbeda.

“Salah satu yang menjadi sorotan yang dipersoalkan karena masih pakek e-voting, padahal dengan cara ini sangat rentan bermasalah bahkan timbul dugaan pemegang sistem bisa bermain suara, di Muktamar menjadi sejarah akan kegagalan e-voting ini karena sangat berbeda jauh dengan jumlah pemilih dan hasil yang mencul setelah e-voting terlaksana,” ungkapnya.

Hafiz berharap, Muktamar kali ini harus berjalan transparan dengan mengakomodir permintaan teman-teman IMM untuk pemilihan secara langsung agar bisa menghasilkan pemilihan yang berkualitas.

“E-voting bukan solusi malah menimbulkan masalah makanya teman-temang yang menginginkan pemilihan langsung dan demi pemilihan yang jujur, adil dan terbuka harus didengarkan dan diakomodir,” beber dia.

“Musyawarah menjadi upaya bijaksana bersama, sikap rendah hati untuk memecahkan masalah untuk mengambil keputusan bersama sebagai solusi terbaik bukan malah Panlih yang mengambil keputusan sepihak,” tutup Hafiz.

Pewarta : Ark/Tim.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published.