NASIB PETERNAK AYAM LOKAL DI TENGAH WABAH PANDEMIK CORONA

Bogor,-Sorottipikor.com |-pengusaha ayam broiler Ir. Barry mengatakan harga ayam hidup (livebird) saat ini menyentuh angka terendah sampai Rp.8.000 per kg di sekitar Bogor. Bahkan di daerah jawa tengah harga ayam sempat menyentuh Rp.6.000 per kg. Semetara HPP peternak 16.000

Dia mengungkapkan, “Harga jatuh setelah pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan virus corona (Covid-19). Disusul provinsi DKI Jakarta melaksanakan PSBB pada 10 April 2020 , DEBOBEK ( Depok Bogor Bekasi ) tanggal 15 April 2020 dan imbasnya harga ayam langsung jatuh,

“Akibat kebijakan itu, pasar tradisional di wilayah Bogor terkena dampaknya, pasalnya orang-orang dibatasi berbelanja ke pasar tradisional. Saat ini pasokan melimpah di kandang karena pternak sulit menjual ayamnya . Belum lagi para produsen raksasa atau peternak terintegrasi sekarang menjual ayam karkas dengan harga yang sulit diikuti oleh para produsen lokal.

Dia menambahkan, “Jatuhnya harga juga disebabkan oleh para perusahaan peternakan terintegrasi (integrator) menjual ayam ke pasar tradisional. “Sempat pada awal April Menteri Pertanian menghimbau perusahaan integator melarang menjual ke pasar becek, akibatnya harga ayam naik dari harga Rp8.000 per kg menjadi Rp15.000 per kg,” ungkap dia , Jumat (24/4/2020).

Namun berselang tiga hari para perusahaan itu menjual ayam lagi ke pasar, harga ayam turun lagi. Anehnya, kata dia, itu tidak dilarang oleh pemerintah. Pada akhirnya harga ayam kembali jatuh ke Rp8.000 per kg.

Barry mengungkapkan, peternak rakyat pada akhir 2019 itu sudah menelan kerugian mencapai triliunan rupiah. Dia memperkirakan hingga Maret 2020 peternak sudah rugi ratusan miliar, sehingga total kerugian mencapai triliuyunan rupiah.

Menurut dia, “sekarang peternak makin sulit karena biaya produksi mencapai Rp16.000 per kg. Sementara itu harga jual jauh di bawah HPP., sehingga peternak semakin rugi, Disitusasi seperti ini dibutuhkan campur tangan pemerintah dalam meregulasi industri peternakan sampai pada tahap distribusi.

Regulasi yang dibutuhkan adalah bagaimana menurunkan HPP, dengan menurunkan pakan ternak dengan mensubsidi harga jagung dan stabilitas harga jagung. Karena lebih dari 65% bahan baku pakan di jagung yang selama ini ketergantungan terhadap import.

Dari sisi distribusi pemerintah harus mengontrol produsen integrator untuk dibatasi penjualan ke pasar tradisional sehingga harga tidak labil di karenakan over suply, Hasil produksinya 60 % di buat produk olahan hanya 40% yang masuk ke pasar bebas”,

Dia berharap, “Pemerintah dalam penyelesaian harga ayam yang turun saat ini tidak hanya sebatas wacana, “Masalah ini tidak dapat diselesaikan secara business to business, pemerintah harus langsung membantu peternak”, ujar Barry

Sambung Barry, “Peraturan Menteri Perdagangan (Permendaag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, harga pembelian daging ayam ras di tingkat petani ditetapkan Rp19.00-20.000 per kg dan di tingkat konsumen Rp35.000 per kg. Menurut dia hanya sebatas di atas kertas saja. Padahal dalam pasal 3 ayat 6 itu menyatakan apabila harga ayam di bawah harga acuan pemerintah, maka pemerintah wajib membeli hasil peternak. “Itu yang kita kejar dan masalahnya sampai sekarang pemerintah abaikan soal itu,” ujarnya. (wan)

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *